The Day I Lost - Asia Revisited
Presiden Scott Dunn AS, John Spence baru-baru ini kembali dari tur angin puyuh Asia yang berhenti di Indonesia, Hong Kong dan Singapura. Kami tidak mengatakan bahwa ia seorang trendsetter, tetapi ia mengalahkan Beckham ke Pulau Nihi Sumba di Indonesia. Dia tersapu oleh keajaiban daerah dan kembali ke rumah menginginkan lebih. Berikut ini adalah pemikirannya tentang ke mana harus pergi, ke mana harus menginap dan bagaimana mendapatkan yang terbaik dari liburan multi-pusat di Asia.
Bahkan untuk seseorang yang telah berkecimpung dalam bisnis perjalanan selama lebih dari 20 tahun saya harus mengakui bahwa saya masih gugup merencanakan penerbangan untuk mencocokkan rencana perjalanan saat bepergian ke Asia. Hal pertama yang saya lakukan adalah merencanakan apa yang ingin kita lihat dan lakukan dan di mana kita ingin tinggal. Lalu, saya memesan penerbangan agar sesuai dengan perjalanan. Saya tahu kami tiba di Hong Kong pada Kamis pagi dan mengejar penerbangan selanjutnya ke Bali yang tiba pada Kamis sore yang sama, namun kami berangkat ke bandara pada Selasa malam. Saya tidak pernah mendapat hari Rabu, apa yang terjadi pada hari Rabu?
Meski kalah sehari, perjalanan panjang ini memiliki petualangan yang luar biasa. Mitra perjalanan saya adalah istri saya Emma dan kami berbulan madu di Indonesia sembilan belas tahun yang lalu dan di sinilah kami, masih sesekali berpegangan tangan ke belakang.
Kami menghabiskan malam pertama di Bali di sebuah hotel luar biasa bernama Alila Villas Uluwatu. Untuk sampai di sana kami harus menjalankan tantangan dari jam sibuk pengendara skuter kamikaze. Saya pikir lalu lintas LA sibuk tetapi tidak seperti LA, lalu lintas ini bergerak dengan moped di bawah dan mengambil alih van ber-AC kami yang nyaman seperti segerombolan lebah bahagia.
Alila Villas, adalah penangkal sempurna untuk perjalanan panjang. Kamar yang sangat keren, dirancang dengan indah dan kepala pelayan dan kolam renang kami sendiri menyambut kami. Hotel ini modern, semua atap dilapisi dengan bongkahan batu vulkanik hitam alami yang digunakan untuk menyerap semua panas matahari dan bukan atap itu sendiri.
Hari berikutnya, penerbangan singkat membawa kami ke Pulau Sumba. Hal pertama yang mengejutkan Anda, ketika Anda melihat keluar jendela sebelum mendarat, adalah kurangnya bangunan di sekitar bandara dan kota setempat. Beberapa bangunan memiliki lebih dari dua lantai, dan ini adalah kota terbesar di seluruh pulau. Ini bukan pulau kecil juga, itu sebenarnya hampir tiga kali lebih besar dari Bali, tetapi tidak seperti Bali, yang memiliki banyak hotel semua bersaing untuk dolar turis, Sumba secara harfiah hanya memiliki satu resor untuk tinggal di seluruh pulau. Dan ini adalah tujuan kami.
Perjalanan dua jam kedengarannya seperti pekerjaan rumah tetapi merupakan perjalanan yang sempurna untuk mengatur nada untuk tempat yang jauh dan istimewa ini. Jalan dua jalur sederhana melintasi pulau dengan beberapa desa, banyak sawah dan sedikit lalu lintas. Dibandingkan dengan Bali, itu dengan cepat membuat Anda menyadari bahwa Anda berada di sebuah pulau yang sedikit berubah, dan sedikit dikunjungi.
Nihi Sumba Resort terletak di hamparan pantai pribadi yang sepi, semua vila mewahnya menampilkan pemandangan laut yang indah dan terletak di antara vegetasi tropis yang lebat. Tagline resor mengatakan bahwa ini terletak di 'tepi hutan belantara', bagi saya itulah yang membuat tempat ini sangat, sangat istimewa. Berada di pulau besar yang belum terjamah dan mengetahui Anda tinggal di satu-satunya resor di pulau itu, sungguh sangat luar biasa dan hak istimewa yang nyata.
Ada banyak hotel, pondok, dan kamp yang luar biasa di seluruh dunia, tetapi sekarang ini harus menjadi salah satu yang paling eksklusif. Resor itu sendiri sangat nyaman, dengan layanan pelayan pribadi. Namun, ketika Anda meninggalkan resor ini adalah ketika Anda menyadari betapa istimewanya melihat tempat yang tak tersentuh ini dan bertemu orang-orangnya yang luar biasa. Orang Sumba adalah orang-orang terbaik dan pemilik Nihi harus bertepuk tangan atas cara mereka bekerja dan mempekerjakan begitu banyak penduduk setempat dan memastikan masyarakat mendapat manfaat dari pariwisata.
The Sumba Foundation adalah yayasan yang sangat mengesankan dan para tamu didorong untuk pergi keluar dan mengunjungi sekolah, klinik dan komunitas dan melihat langsung pekerjaan bagus yang mereka lakukan. Saya beruntung telah melihat banyak proyek nirlaba komunitas di seluruh Afrika dan ini benar-benar terasa bagus.
Kegiatan lain seperti mengambang di sungai yang indah di papan dayung berdiri atau mengunjungi pabrik cokelat atau pergi ke 'spa safari' di mana Anda berjalan melintasi sawah dan desa sebelum datang ke Shangri-La, spa pribadi sempurna yang menghadap ke laut , semuanya dirancang untuk mengeluarkan Anda dari resor.
Sulit untuk menyeret diri Anda keluar dari vila indah Anda, dan kadang-kadang, penting juga untuk memiliki waktu henti. Namun, jika Anda tidak keluar dan melihat tempat itu, Anda akan kehilangan keajaibannya. Bantulah diri Anda sendiri dan jelajahi serta kunjungi sebelum hotel dan resor lain dibangun di surga Indonesia ini.
Perhentian kami berikutnya adalah Singapura, yang pertama bagi kami, ini untuk mengunjungi kantor saudari kita Scott Dunn. Singapura terasa sangat berbeda dengan Indonesia. Sangat kosmopolitan dan dengan gedung-gedung tinggi modern yang dapat berdiri di samping kota terkenal di dunia. Namun, itu tidak semua bekerja, kami mengatur untuk memeriksa beberapa hotel yang luar biasa lama dan baru, dan makan beberapa makanan yang indah juga.
Perhentian terakhir adalah Hong Kong. Di sini kami mengunjungi The Landmark Mandarin Hotel. Oh wow, hotel ini sangat apik. Hotel bintang 5 dengan layanan bintang 5 nyata. Bertahun-tahun yang lalu di bulan madu kami, kami tinggal di Hotel Mandarin di Bangkok. Saya ingat terkesan dengan betapa baiknya menjalankannya. Hampir 20 tahun kemudian, saya dapat mengatakan layanan di Mandarin ini sama baiknya atau bahkan lebih baik. Saya tidak bisa kesalahan hotel ini pada apa pun.
Itu adalah perjalanan yang sangat cepat, tetapi kami menyukai Hong Kong, ia bersemangat dan campuran sempurna antara yang lama dan yang baru. Kota itu sendiri dan Kowloon besar dan padat penduduk dengan hotel-hotel besar, pasar dan restoran namun 30-40 menit naik kereta bawah tanah yang nyaman dan bersih dan Anda berada di pegunungan hijau terbuka, dengan beberapa rumah, taman nasional, jalur pejalan kaki yang indah dan garis pantai yang indah . Jika mereka membutuhkan seseorang untuk bekerja di kantor Scott Dunn Hong Kong, saya mungkin tergoda.
Secara keseluruhan, saya pikir Asia batu, kami diselenggarakan dengan indah. Saya menyukai ketenangan dan kesederhanaan Pulau Sumba sama seperti saya menikmati semangat dan keragaman Singapura dan Hong Kong. Dengan perjalanan yang disesuaikan, mudah untuk menggabungkan apa pun yang Anda inginkan.
Tautan : Sewa Bus
Presiden Scott Dunn AS, John Spence baru-baru ini kembali dari tur angin puyuh Asia yang berhenti di Indonesia, Hong Kong dan Singapura. Kami tidak mengatakan bahwa ia seorang trendsetter, tetapi ia mengalahkan Beckham ke Pulau Nihi Sumba di Indonesia. Dia tersapu oleh keajaiban daerah dan kembali ke rumah menginginkan lebih. Berikut ini adalah pemikirannya tentang ke mana harus pergi, ke mana harus menginap dan bagaimana mendapatkan yang terbaik dari liburan multi-pusat di Asia.
Bahkan untuk seseorang yang telah berkecimpung dalam bisnis perjalanan selama lebih dari 20 tahun saya harus mengakui bahwa saya masih gugup merencanakan penerbangan untuk mencocokkan rencana perjalanan saat bepergian ke Asia. Hal pertama yang saya lakukan adalah merencanakan apa yang ingin kita lihat dan lakukan dan di mana kita ingin tinggal. Lalu, saya memesan penerbangan agar sesuai dengan perjalanan. Saya tahu kami tiba di Hong Kong pada Kamis pagi dan mengejar penerbangan selanjutnya ke Bali yang tiba pada Kamis sore yang sama, namun kami berangkat ke bandara pada Selasa malam. Saya tidak pernah mendapat hari Rabu, apa yang terjadi pada hari Rabu?
Meski kalah sehari, perjalanan panjang ini memiliki petualangan yang luar biasa. Mitra perjalanan saya adalah istri saya Emma dan kami berbulan madu di Indonesia sembilan belas tahun yang lalu dan di sinilah kami, masih sesekali berpegangan tangan ke belakang.
Kami menghabiskan malam pertama di Bali di sebuah hotel luar biasa bernama Alila Villas Uluwatu. Untuk sampai di sana kami harus menjalankan tantangan dari jam sibuk pengendara skuter kamikaze. Saya pikir lalu lintas LA sibuk tetapi tidak seperti LA, lalu lintas ini bergerak dengan moped di bawah dan mengambil alih van ber-AC kami yang nyaman seperti segerombolan lebah bahagia.
Alila Villas, adalah penangkal sempurna untuk perjalanan panjang. Kamar yang sangat keren, dirancang dengan indah dan kepala pelayan dan kolam renang kami sendiri menyambut kami. Hotel ini modern, semua atap dilapisi dengan bongkahan batu vulkanik hitam alami yang digunakan untuk menyerap semua panas matahari dan bukan atap itu sendiri.
Hari berikutnya, penerbangan singkat membawa kami ke Pulau Sumba. Hal pertama yang mengejutkan Anda, ketika Anda melihat keluar jendela sebelum mendarat, adalah kurangnya bangunan di sekitar bandara dan kota setempat. Beberapa bangunan memiliki lebih dari dua lantai, dan ini adalah kota terbesar di seluruh pulau. Ini bukan pulau kecil juga, itu sebenarnya hampir tiga kali lebih besar dari Bali, tetapi tidak seperti Bali, yang memiliki banyak hotel semua bersaing untuk dolar turis, Sumba secara harfiah hanya memiliki satu resor untuk tinggal di seluruh pulau. Dan ini adalah tujuan kami.
Perjalanan dua jam kedengarannya seperti pekerjaan rumah tetapi merupakan perjalanan yang sempurna untuk mengatur nada untuk tempat yang jauh dan istimewa ini. Jalan dua jalur sederhana melintasi pulau dengan beberapa desa, banyak sawah dan sedikit lalu lintas. Dibandingkan dengan Bali, itu dengan cepat membuat Anda menyadari bahwa Anda berada di sebuah pulau yang sedikit berubah, dan sedikit dikunjungi.
Nihi Sumba Resort terletak di hamparan pantai pribadi yang sepi, semua vila mewahnya menampilkan pemandangan laut yang indah dan terletak di antara vegetasi tropis yang lebat. Tagline resor mengatakan bahwa ini terletak di 'tepi hutan belantara', bagi saya itulah yang membuat tempat ini sangat, sangat istimewa. Berada di pulau besar yang belum terjamah dan mengetahui Anda tinggal di satu-satunya resor di pulau itu, sungguh sangat luar biasa dan hak istimewa yang nyata.
Ada banyak hotel, pondok, dan kamp yang luar biasa di seluruh dunia, tetapi sekarang ini harus menjadi salah satu yang paling eksklusif. Resor itu sendiri sangat nyaman, dengan layanan pelayan pribadi. Namun, ketika Anda meninggalkan resor ini adalah ketika Anda menyadari betapa istimewanya melihat tempat yang tak tersentuh ini dan bertemu orang-orangnya yang luar biasa. Orang Sumba adalah orang-orang terbaik dan pemilik Nihi harus bertepuk tangan atas cara mereka bekerja dan mempekerjakan begitu banyak penduduk setempat dan memastikan masyarakat mendapat manfaat dari pariwisata.
The Sumba Foundation adalah yayasan yang sangat mengesankan dan para tamu didorong untuk pergi keluar dan mengunjungi sekolah, klinik dan komunitas dan melihat langsung pekerjaan bagus yang mereka lakukan. Saya beruntung telah melihat banyak proyek nirlaba komunitas di seluruh Afrika dan ini benar-benar terasa bagus.
Kegiatan lain seperti mengambang di sungai yang indah di papan dayung berdiri atau mengunjungi pabrik cokelat atau pergi ke 'spa safari' di mana Anda berjalan melintasi sawah dan desa sebelum datang ke Shangri-La, spa pribadi sempurna yang menghadap ke laut , semuanya dirancang untuk mengeluarkan Anda dari resor.
Sulit untuk menyeret diri Anda keluar dari vila indah Anda, dan kadang-kadang, penting juga untuk memiliki waktu henti. Namun, jika Anda tidak keluar dan melihat tempat itu, Anda akan kehilangan keajaibannya. Bantulah diri Anda sendiri dan jelajahi serta kunjungi sebelum hotel dan resor lain dibangun di surga Indonesia ini.
Perhentian kami berikutnya adalah Singapura, yang pertama bagi kami, ini untuk mengunjungi kantor saudari kita Scott Dunn. Singapura terasa sangat berbeda dengan Indonesia. Sangat kosmopolitan dan dengan gedung-gedung tinggi modern yang dapat berdiri di samping kota terkenal di dunia. Namun, itu tidak semua bekerja, kami mengatur untuk memeriksa beberapa hotel yang luar biasa lama dan baru, dan makan beberapa makanan yang indah juga.
Perhentian terakhir adalah Hong Kong. Di sini kami mengunjungi The Landmark Mandarin Hotel. Oh wow, hotel ini sangat apik. Hotel bintang 5 dengan layanan bintang 5 nyata. Bertahun-tahun yang lalu di bulan madu kami, kami tinggal di Hotel Mandarin di Bangkok. Saya ingat terkesan dengan betapa baiknya menjalankannya. Hampir 20 tahun kemudian, saya dapat mengatakan layanan di Mandarin ini sama baiknya atau bahkan lebih baik. Saya tidak bisa kesalahan hotel ini pada apa pun.
Itu adalah perjalanan yang sangat cepat, tetapi kami menyukai Hong Kong, ia bersemangat dan campuran sempurna antara yang lama dan yang baru. Kota itu sendiri dan Kowloon besar dan padat penduduk dengan hotel-hotel besar, pasar dan restoran namun 30-40 menit naik kereta bawah tanah yang nyaman dan bersih dan Anda berada di pegunungan hijau terbuka, dengan beberapa rumah, taman nasional, jalur pejalan kaki yang indah dan garis pantai yang indah . Jika mereka membutuhkan seseorang untuk bekerja di kantor Scott Dunn Hong Kong, saya mungkin tergoda.
Secara keseluruhan, saya pikir Asia batu, kami diselenggarakan dengan indah. Saya menyukai ketenangan dan kesederhanaan Pulau Sumba sama seperti saya menikmati semangat dan keragaman Singapura dan Hong Kong. Dengan perjalanan yang disesuaikan, mudah untuk menggabungkan apa pun yang Anda inginkan.
Tautan : Sewa Bus
Comments
Post a Comment